Akhirnya saya sampai juga pada usia dimana kawan-kawan sudah
banyak mengirimi undangan pernikahan dan pertanyaan kapan nikah terus
memborbardir. Pertanyaan yang sangat sulit dijawab dan sangat tidak mungkin
saya bisa jawab. Maut, rezeki dan jodoh kan hanya ALLAH Subhanawata’ala yang
tahu. Jadi kalau tanya kapan nikah ke saya, yaaa salah alamat lah…
Kalau ketemu sama tante, sepupu dan keluarga lainnya pasti
nanya “Kamu sudah punya pacar belum?”
Hadeeeuuuhhh… Pucing pala peyank!!! “Aduuuhhh… Nda boleh pacaran kalau belum nikah. Pacaran
setelah nikah. Kan saya belum nikah, bagamaina mau pacaran?” Jawab sambil
senyum terpaksa.
Yang paling menyebalkan barusan ini Bapak saya mau
jodoh-jodohin saya sama pria entah berantah yang sosoknya masih abu-abu. Idiiihhhh…
malas gila. Bikin naik darah aja. Ogah banget. Kayak merasa terhina banget
ditawar-tawarin gitu kayak sayur. Perang dunia deh jadinya. Alhamdulillah batal
gara-gara saya keburu ngambek dan pakai teknik mengancam. “Suruh aja tuh orang
datang, memang saya mau temui. Daripada bikin malu, mending gak usah dipaksain.”
Sebenarnya di usia saya yang 25 tahun merupakan usia yang
pas untuk menikah. Tapi saya merasa belum siap untuk memulai hidup dan
menjalani sebuah komitmen dengan seseorang. Padahal, dulu waktu umur belasan,
saya inginmenikah muda. Makin kesini makin merasa belum siap dan takut. Munglin
ini godaan setan juga kali ya? Entahlah. Disatu sisi keinginan untuk
menyempurnakan separuh agama ini sangat kuat, tapi disisi lain rasanya sangat
berat untuk pada akhirnya untuk membuat sebuah komitemen.
Rasa takut menghadapi masalah adalalah salah satu alasan
yang menjadikan saya mundur. Saya merasa belum cukup dewasa untuk menghadapi
masalah-masalah rumah tangga nanti. Trauma terhadap laki-laki juga. Saya gak
pernah menjalin hubungan pacar-pacaran atau percintaan masa kini yang membuat
saya trauma sama makhluk bernama lelaki. Karena saya berkeyakinan dalam ISLAM,
agama saya tidak ada yang namanya PACARAN, dan itu adalah pintu zina. Sedangkan
zina adalah perbuatan terlarang yang bahkan untuk mendakatinya kita sudah
dilarang. Orang-orang sekitar saya yang membuat saya trauma. Betapa banyak orang
disekitar sayan yang dilukai oleh laki-laki.
Saya sudah sangat sering mendengar curahan hati teman saya
tentang suami mereka yang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga. Lebam-lebam di tubuh teman saya seperti saya
rasakan sendiri. Laki-laki yang harusnya melindungi mereka malah dengan tega
melakukan hal yang sangat keji.
Banyak sekali wanita yang saya lihat menjadi sosok dibalik
kesuksesan suaminya. Sedihnya, ketika suaminya sukses malah selingkuh dengan
perempuan lain. Lalu istrinya dilupakan begitu saja. Tidak tahu diri laki-laki
jenis ini. Dan itu terjadi pada sepupu saya. Rasanya sangat menyedihkan melihat
kakak sepupu saya harus membesarkan anak-anaknya yang masih kecil dalam kondisi
seperti itu. Bukan cuma kakak sepupu saya saja yang mengalami hal ini, banyak
wanita diluaran sana yang mengalaminya. Semoga mereka diberikan kekuatan oleh
ALLAH Subhanahuwata’ala.
Tapi ada lagi satu bagian yag bikin saya maju mundur cantik
soal pernikahan. Banyak sekali orang yang berdoa agar mereka diberikan jodoh. Lalu,
kemudian setelah menikah mereka mulai membenci pernikahan. Padahal dulu mereka
berdoa siang malam demi berada dalam suatu hubungan pernikahan. Mereka mulai
stress dan mengeluh satu sama lain dibalik punggung masing-masing. “Uhhhh…
menyebalkan. Repot banget nikah. Mesti urus ini itu. Suami juga gak ada
ngerti-ngertinya sama istri.” Istrinya marah-marah. “Apa sih maunya istri gue? Bawel
banget sih!!!” Suaminya tidak kalah heboh.
Lalu mereka hidup bersama-sama selama-lamanya dalam kondisi
seperti itu. Tujuan awal pernikahan untuk menjadi keluarga sakinah mawadah
warahmah akhirnya tidak terwujud. Keluarga yang seharusnya menjadi sumber
kekuatan dankebahagiaan meskipun dalam
kondisi sesusah apapun malah menjadi sumber stress dan depresi.
HIDUP SEPERTI ITU, SAYA KATAKAN TIDAAAAKKK!!!
Saya ingin menikah jika sudah merasa matang dan benar-benar.
Bukan hanya karena emosi sesaat. Karena beberapa orang menikah hanya karena
tidak mau dibilang jomblo, tidak laku atau karena tidak mau kalah sama
teman-teman yang sudah pada ngirim undangan.
Nikah bukan lomba lari yang harus adu cepat. Jodoh
sudah ada yang atur. Tinggal kita berusaha dan berdoa aja. Berusaha sesuai
koridor yang ada tanpa menjatuhkan harkat dan martabat diri kita. Berusaha dengan
memperbaiki diri kita, karena jodoh itu adalah cerminan diri kita. Jika kita
baik, maka jodoh kita juga akan baik. Kalau sekarang kita sedang memperbaiki
diri, saya yakin jodoh kita sedang memantaskan dirinya untuk kita. Tinggal masalah
waktu saja. Kapan ALLAH Subhanahuwata’ala mempertemukan kita. Berdoa saja.
***
#KapanKawin #KapanNikah #Nikah #Jomblo #Curhat #CurhatJomblo