Saturday, 5 December 2015

SAKITNYA PENGKHIANATAN

    Sebenarnya apa yang membuat seorang laki-laki setia pada wanitanya? Kecantikannya? Kebaikan hatinya? Atau apa? Saya sangat tidak mengerti.
Wanita yang berkarir sering kali dikambing-hitamkan laki-laki saat mereka berpaling ke lain hati. Terlalu sibuk katanya. Kurang perhatian katanya. Tapi buktinya ada juga wanita yang memilih untuk tidak berkarir, mengurus rumah tangga, mencintai anak dan suaminya sepenuh hati, pun tetap saja si laki-laki berpaling ke lain hati. Terlalu membosankan katanya. Tidak menggetarkan hati lagi katanya.
Seandainya mereka tahu bagaimana rasa sakitnya seorang wanita ketika mengetahui pengorbanan dan cinta mereka dikhianati. Saya tidak yakin jika para lelaki pengkhianat ini mampu bertahan menahan sakitnya. Tapi wanita bisa. Mereka tetap berdiri tegak meski sudah perasaannya sudah hancur lebur, babak belur. Semangat untuk menata hidupnya lagi. Bahkan memaafkan atas semua luka yang sudah digoreskan.
Suatu sore saat sedang menunggu jam pulang pulang kantor, boss saya bilang “Sebenarnya kalau bukan karena cinta, tidak akan kita ini bertahan. Gaji kita lebih tinggi daripada suami. Cuma karena cinta yang bikin bertahan.” Saat itu boss sedang mengomentari masalah rumah tangga salah seorang rekan kerja. Suaminya berselingkuh pada saat dia sedang hamil anak kedua dengan usia kandungan menjelang empat bulan. Bayangkan betapa berat bebannya rekan kerja saya itu. Namun dia tetap bertahan dan tetap menampakkan senyumnya. Seandainya saja dia dan suaminya bertukar posisi, saya tidak yakin suaminya akan mampu menahan rasa sakit yang saat ini dirasakan rekan kerja saya itu.
Yang paling menyakitkan adalah saat rekan kerja saya – sebut saja Kembang untuk memudahkannya, datang ke rumah selingkuhan suaminya dan memergoki langsung perselingkuhan itu. Si Suami bukannya merasa bersalah, malah menghina Kembang, istrinya sendiri dihadapan selingkuhannya. Bayangkan betapa jatuhnya harga dirinya sebagai seorang istri saat itu. “Dasar perempuan gila!” Kalimat itu terucap tanpa beban sama sekali.
Kini istri yang telah memberikannya anak, yang setiap hari menyiapkan makanan baginya, mencuci pakaian kotornya, menjaga kesehatannya, selalu menjadi tempat bersandarnya saat dia lelah, saat ini dimatanya tidak lebih dari PEREMPUAN GILA. Saya tidak bisa membayangkan jika saat itu saya berada di posisi kembang. Mungkin saya akan jatuh pingsan seketika.
Sungguh saya tidak mengerti. Laki-laki mungkin punya sejenis penyakit “amnesia” di otaknya. Mereka mudah sekali melupakan apa yang telah diberikan padanya. Cinta dan pengorbanan wanita yang dengan tulus setia mendampingi mereka menguap begitu saja.
Semoga saja wanita-wanita yang mengalami pengalaman seperti Kembang, mampu melewatinya. Meski dengan darah dan air mata. Dan semoga saya dan yang kebetulan membaca ini tidak mengalaminya. AAMIIN.

No comments:

Post a Comment