Wednesday 22 July 2015

KAPAN NIKAH? (ANTARA TAKUT DAN TRAUMA)



Akhirnya saya sampai juga pada usia dimana kawan-kawan sudah banyak mengirimi undangan pernikahan dan pertanyaan kapan nikah terus memborbardir. Pertanyaan yang sangat sulit dijawab dan sangat tidak mungkin saya bisa jawab. Maut, rezeki dan jodoh kan hanya ALLAH Subhanawata’ala yang tahu. Jadi kalau tanya kapan nikah ke saya, yaaa salah alamat lah…

Kalau ketemu sama tante, sepupu dan keluarga lainnya pasti nanya “Kamu sudah punya pacar belum?”  Hadeeeuuuhhh… Pucing pala peyank!!! “Aduuuhhh…  Nda boleh pacaran kalau belum nikah. Pacaran setelah nikah. Kan saya belum nikah, bagamaina mau pacaran?” Jawab sambil senyum terpaksa.

Yang paling menyebalkan barusan ini Bapak saya mau jodoh-jodohin saya sama pria entah berantah yang sosoknya masih abu-abu. Idiiihhhh… malas gila. Bikin naik darah aja. Ogah banget. Kayak merasa terhina banget ditawar-tawarin gitu kayak sayur. Perang dunia deh jadinya. Alhamdulillah batal gara-gara saya keburu ngambek dan pakai teknik mengancam. “Suruh aja tuh orang datang, memang saya mau temui. Daripada bikin malu, mending gak usah dipaksain.”

Sebenarnya di usia saya yang 25 tahun merupakan usia yang pas untuk menikah. Tapi saya merasa belum siap untuk memulai hidup dan menjalani sebuah komitmen dengan seseorang. Padahal, dulu waktu umur belasan, saya inginmenikah muda. Makin kesini makin merasa belum siap dan takut. Munglin ini godaan setan juga kali ya? Entahlah. Disatu sisi keinginan untuk menyempurnakan separuh agama ini sangat kuat, tapi disisi lain rasanya sangat berat untuk pada akhirnya untuk membuat sebuah komitemen.

Rasa takut menghadapi masalah adalalah salah satu alasan yang menjadikan saya mundur. Saya merasa belum cukup dewasa untuk menghadapi masalah-masalah rumah tangga nanti. Trauma terhadap laki-laki juga. Saya gak pernah menjalin hubungan pacar-pacaran atau percintaan masa kini yang membuat saya trauma sama makhluk bernama lelaki. Karena saya berkeyakinan dalam ISLAM, agama saya tidak ada yang namanya PACARAN, dan itu adalah pintu zina. Sedangkan zina adalah perbuatan terlarang yang bahkan untuk mendakatinya kita sudah dilarang. Orang-orang sekitar saya yang membuat saya trauma. Betapa banyak orang disekitar sayan yang dilukai oleh laki-laki.

Saya sudah sangat sering mendengar curahan hati teman saya tentang suami mereka  yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Lebam-lebam di tubuh teman saya seperti saya rasakan sendiri. Laki-laki yang harusnya melindungi mereka malah dengan tega melakukan hal yang sangat keji.

Banyak sekali wanita yang saya lihat menjadi sosok dibalik kesuksesan suaminya. Sedihnya, ketika suaminya sukses malah selingkuh dengan perempuan lain. Lalu istrinya dilupakan begitu saja. Tidak tahu diri laki-laki jenis ini. Dan itu terjadi pada sepupu saya. Rasanya sangat menyedihkan melihat kakak sepupu saya harus membesarkan anak-anaknya yang masih kecil dalam kondisi seperti itu. Bukan cuma kakak sepupu saya saja yang mengalami hal ini, banyak wanita diluaran sana yang mengalaminya. Semoga mereka diberikan kekuatan oleh ALLAH Subhanahuwata’ala.

Tapi ada lagi satu bagian yag bikin saya maju mundur cantik soal pernikahan. Banyak sekali orang yang berdoa agar mereka diberikan jodoh. Lalu, kemudian setelah menikah mereka mulai membenci pernikahan. Padahal dulu mereka berdoa siang malam demi berada dalam suatu hubungan pernikahan. Mereka mulai stress dan mengeluh satu sama lain dibalik punggung masing-masing. “Uhhhh… menyebalkan. Repot banget nikah. Mesti urus ini itu. Suami juga gak ada ngerti-ngertinya sama istri.” Istrinya marah-marah. “Apa sih maunya istri gue? Bawel banget sih!!!” Suaminya tidak kalah heboh.

Lalu mereka hidup bersama-sama selama-lamanya dalam kondisi seperti itu. Tujuan awal pernikahan untuk menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah akhirnya tidak terwujud. Keluarga yang seharusnya menjadi sumber kekuatan dankebahagiaan meskipun dalam  kondisi sesusah apapun malah menjadi sumber stress dan depresi.

HIDUP SEPERTI ITU, SAYA KATAKAN TIDAAAAKKK!!!

Saya ingin menikah jika sudah merasa matang dan benar-benar. Bukan hanya karena emosi sesaat. Karena beberapa orang menikah hanya karena tidak mau dibilang jomblo, tidak laku atau karena tidak mau kalah sama teman-teman yang sudah pada ngirim undangan.
Nikah bukan lomba lari yang harus adu cepat. Jodoh sudah ada yang atur. Tinggal kita berusaha dan berdoa aja. Berusaha sesuai koridor yang ada tanpa menjatuhkan harkat dan martabat diri kita. Berusaha dengan memperbaiki diri kita, karena jodoh itu adalah cerminan diri kita. Jika kita baik, maka jodoh kita juga akan baik. Kalau sekarang kita sedang memperbaiki diri, saya yakin jodoh kita sedang memantaskan dirinya untuk kita. Tinggal masalah waktu saja. Kapan ALLAH Subhanahuwata’ala mempertemukan kita. Berdoa saja.
 ***
#KapanKawin #KapanNikah #Nikah #Jomblo #Curhat #CurhatJomblo

3 comments:

  1. Bismillah..
    mbak kalo boleh saran, cari pasangan kita harus lihat dari POLA ASUH IBU calon pasangan kita.

    Masalah laki2 jaman sekarang adalah PETERPAN SYNDROME. Itulah kurang lebih jawaban dari pertanyaan mbak knp suami si A begini si B begitu.

    ReplyDelete
  2. Peterpan syndrome biasanya terbentuk dari pola asuh ala HELICOPTER PARENTING.

    Sang ibu selalu ada disekitaran anak untuk menyelesaikan semua masalahnya bak helikopter.

    Hasilnya adalah sang anak tidak terbiasa memikul tanggung jawab dan merasa semua keunginannya harus terpenuhi dan tidak ada yg salah dengqn semua nafsu keinginanya. Kenapa? Krn biasanya sang ibu selalu ada untuk membenarkan atau memenuhi keinginan sianak.

    Selain itu sang anak laki2 pun terbiasa dan terbenruk dgn pikiran bahwa TUGAS perempuanlah untuk selalu memenuhi kebutuhannya tanpa dia harus memenuhi tanggung jawabnya.

    Percuma kalo sang laki2 punya pengetahuan agama tapi tidak diimplemwntasikan (krn pola asuh yg salah) jadi dia cuma tau teori tapi gak bisa praktek. OMDO.

    Nah jenis laki2 ini yg mbak jarus waspada. Dari luar keliatan bagus agamanya tapi didalamnya minim. Karena gak pernah dipraktekan di rumahnya. Mungkin bapak ibunya baik dan bagus. Tapi coba telaah lagi gimana si ibi membentuk anaknya dari pola asuhnya. Apakah si anak biasa diberi tanggung jawab, atau biasa semua dilayani sang ibu dan anggota keluarga yg lain?

    Semoga komen saya ada sedikit membantu ya :)

    ReplyDelete
  3. terima kasih yaaa udah berkunjung dan kasih komentar...
    sy baru tau loh sm PETERPAN SYNDROME dan itu betul sekali... penting untuk mengenali pola asuh calon suami karena pola asuh yg membentuk mereka... :)

    ReplyDelete