Monday 27 March 2017

BAPAK SAYA KANKER, JANGAN BIKIN SAYA TAMBAH GILA!!!

Lamaaa banget nggak ngepost apa-apa. Karena sibuk dan lagi nggak ada mood untuk nulis. Bawaannya maleeeees banget. Ini pas nulis malah isinya curhat. *Bodo amat, lapak eike iniii* #plaakkk!!! Hahaha. Maklum ciiint, lagi stress.

Yup. Stress. Bapak saya sakit sejak bulan januari kemarin sampai detik dimana saya menulis tulisan ini. Sebenarnya sakitnya sudah lama. Sejak lebih dari 10 tahun lalu bapak saya sudah di diagnosa diabetes. Kemudian pas menjelang akhir 2012 bapak saya mulai langganan keluar masuk rumah sakit. Selain karena keluhan diabetes, bapak saya terdiagnosa Tumor Prostat. Sekitar awal 2013 bapak operasi pertama kali sampai tahun 2016 sudah total 4 - 5 kali operasi prostat *saya sampai lupa karena lantaran terlalu sering keluar masuk RS*. Kami bolak-balik Kendari - Makassar tiap tiga bulan dari 2013 - awal 2016 dalam rangka kontrol dan suntik Tapros, untuk pasien prostat supaya nggak berkembang ke kanker prostat. Meskipun belum sampai tahap kanker, tapi prostat bapak sudah menjurus kanker. Jadi menurut dokter  harus disuntik sampai PSA-nya menunjuk nilai rujukan yang normal (PSA itu penanda ada tidaknya sel kanker prostat). Alhamdulillah, PSA bapak sudah 0 (nol) tahun lalu.



Qadarullah, ALLAH kasih cobaan lagi. Sekitar bulan puasa tahun lalu (2016) bapak mulai mengeluh sakit di bagian anusnya. Kalau mau BAB sakit. Pas habis lebaran itu puncak-puncak. Bapak sampai nangis-nangis kalau mau BAB. Sampai pernah keluar gumpalan darah sebesar kepalan tangan anak bayi baru lahir. Bapak sampai pucat gituh. Karena perdarahan yang bikin Hb-nya turun. Pas konsul ke dokter di Kendari, dokter langsung rujuk ke RS Wahidin Makassar. Waktu itu mama yang antar ke RS yang di Kendari. Jadi saya cuma lihat kertas rujukannya bapak. Saya baca tulisan dokter tertulis : CA RECTI. Blaaassssss!!! Down!!! Saya down!!!

KANKER. YA ALLAH. Selama ini sering ngelihat pasien-pasien kanker nggak pernah terlintas bahwa orang terdekat saya akan terdiagnosa penyakit. Aahhh, gila!!! Ini bukan drama korea kan? Gila gila gilaaaa!!! Jujur, ada rasa tidak percaya dan agak kurang nerima. Yaa ALLAH, capeeekkk!!! Kemarin baru selesai satu, sekarang ada lagi masalah baru. Jujur saya sebagai manusia biasa tentu ada rasa down, lelah karena tenaga dan pikiran saya terkuras. kayak nggak bisa terima, sedih. Pengen protes "Yaaa ALLAH, udaaah dooong. Capekk!!!" Namun pada akhirnya, sebagai manusia kita harus menerima semua yang telah di takdirkan ALLAH.

Saya dan mama menemani bapak ke Makassar sekitar bulan september awal. Selama hampir sebulan menjalani rangkaian tes mulai dari tumor marker, endoskopi, sampai PA yang semua menunjukkan hasilnya positif kanker. Di Makassar bapak sempat di transfusi darah karena Hb-nya drop banget.

Akhirnya setelah semua tes keluar dokter ngasih keputusan. Keputusannya adalah bapak akan di colostomy, yaitu rectumnya akan dibuang dan dibuatkan lubang diusus nembus ke perut, jadi nanti BAB nggak akan lewat lubang anus tapi di perut. Saya sudah sempat prediksikan ini dan diskusi sama bapak juga mama saya sebelum berangkat Makassar. "Kalau nanti dibikin saluran di perut bagaimana?" Sampai saya kasih lihat video orang yang sudah colostomy dan bagaimana kehidupan setelah colostomy. Bahwa nanti BAB tidak akan bisa di kontrol seperti BAB normal, harus bawa-bawa kantong, dsb. Resiko kalau nggak operasi, dll. Hasilnya, bapak menjawab "Dok, kalau tindakannya seperti itu, saya angkat tangan. Saya pilih pulang saja."

Yaaa, bapak saya menolak dengan berbagai pertimbangan. Sebagai manusia biasa tentunya dia akan risih dan malu kalau mesti BAB lewat perut, apalagi harus menenteng kantong yang isinya kotoran kemanapun dia pergi. Coba bayangin? Pasti ada rasa malu, nggak nyaman, dan bla bla blaaah. Kedua, bapak takut dengan prosedur tersebut karena penyembuhannya lama dan ada keluarga yang pernah nggak selamat padahal sudah di colostomy juga. Ketiga, bapak mikir tentu akan menelan biaya banyak. Sekedar info, kantong colostomy itu harganya sekitar lebih dari Rp.35.000 dan diganti 2 kali sehari. Belum lagi printilan-printilan lainnya yang dibutuhkan untuk merawat colostomy. Bapak nggak mau. Yang paling penting bapak ngerasa "kotor" kalau mesti bawa-kantong yang isinya kotoran kemana-mana. Mungkin ada perasaan "aaahh saya cacat" atau " kurang normal". Semacam itu lah. Bayangin aja sendiri keluar ee' diperut, terus keluarnya nggak bisa dikontrol.

Akhirnya kami pulang. Bapak memilih pengobatan alternatif. Bawang dayak, kunyit putih, daun sirsak, daun ini itu semuuuuaaa yang orang sarankan dicoba. Alhamdulillah, bapak masih bisa bertahan sampai saat ini walaupun sering merasa nyeri hebat. Kemarin-kemarin berak darah parah, Alhamdulillah sekarang sudah mulai berangsur-angsur pulih. Well, kalau ada yang kebetulan juga kanker dan baca ini, bukan berarti saya menyarankan untuk berhenti pengobatan medis yaaa. Kondisi orang beda-beda. Bapak pilih quit pengobatan medis karena operasinya terlalu "ekstrim" untuk dia. *But, please kalau kalian baca ini dan juga kanker meskipun kalian mungkin juga lagi berobat alternatif kayak bapak, kalian harus tetap kontrol ke dokter.*

Bulan januari kemarin, tengah malam tiba-tiba bapak nggak bisa kencing. Perutnya sampai sakit dan keras banget lantaran kencingnya tertahan. Akhirnya kita meluncur ke rumah sakit. Dipasangin kateter tapi nggak bisa. Ada tahanan di saluran kencing. Saking kesakitannya tekanan darah bapak jadi naik sampai 220/90 mmHg. Sampai pagi bapak terus kesakitan meskipun sudah dikasih anti-nyeri. Sebenarnya bapak harus segera di operasi, tapi gula darahnya tinggi. Akhirnya setelah diupayakan menurunkan gula darahnya, lepas magrib baru bapak bisa operasi. Bayangin deh, hampir 24 jam menahan sakit. Stress banget lihat orang tua saya mesti seperti itu.

Ternyata bapak infeksi parah. Gara-gara gula darahnya tinggi. Memang bapak sempat berhenti suntik insulin karena bapak nggak mau lagi disuntik. Akibatnya gula darah nggak terkontol. Infeksinya malah nyebar sampai dibagian bokong *ini sopan nggak sih? hahahaha*

Bapak sekarang ada luka menganga besar yang mengeluarkan nanah di daerah bokongnya akibat infeksi karena gula darahnya tinggi bahkan sampai detik saya mengetik tulisan ini. Tiap hari ganti verban 2 kali sehari. Sudah sejak pertengahan bulan lalu sampai saat ini dirawat sendiri di rumah. Cuman kontrol tiap seminggu 1 atau 2 kali. Bahkan sampai sekarang bapak masih terpasang kateter dan dari kateternya selain air kencing, ada nanah juga yang keluar karena memang infeksinya belum sembuh.

Itulah latar belakang panjang yang mungkin ngebosenin tentang yang saat ini sedang kami hadapi. Kanker dan luka diabetes.

Sekarang, coba bayangkan berada diposisi bapak saya dan saya sebagai anak yang bapaknya sedang sakit. Sedikit banyak tentu akan ada tekanan yang dirasakan. Sayangnya tidak semua orang mengerti itu. Hanya karena saya tampak tersenyum bukan berarti saya baik-baik saja. Saya jelas-jelas sedang bermasalah, tapi ada saja orang yang bikin saya makin mumet. So, dibawah ini saya menulis beberapa hal yang sebaiknya dilakukan maupun jangan dilakukan jika disekitar kalian ada yang sedang berjuang melawan penyakit. Baik itu ke orangnya yang sakitnya ataupun ke keluarganya langsung.

Pertama, JANGAN KESERINGAN NANYA PERTANYAAN YANG JAWABANNYA SUDAH JELAS!
Source : @krisanti_comics

Orang disekitar saya, hampir tiap kali bertemu memberikan basa-basi yang sama. "BAGAIMANA KABAR BAPAKMU? SEHAT?" Ya ALLAH... Asli yaa ini pertanyaan bikin emosi. Kalau orang yang nggak tahu riwayat penyakit bapak saya nanya kayak gitu sih, OK FINE. Cuman ini yang nanya jelas-jelas tahu sakit bapak apa. KANKER OYYY KANKER. Pernah dengar nggak sih orang sembuh kanker dalam semalam. Terus situ nanya, bapak sehat apa nggak? Rasanya saya pengen balik nanya, "Situ sehat? Waras?" But, I  hold my self and just give them a smile. Padahal aslinya udah mau meledak karena kesel sama pertanyaannya dan juga bertanya seperti itu seperti menyiram air jeruk ke luka. Pedis. Kenapa? Karena itu sama saja dengan saya diingatkan terus menurus bahwa bapak saya sedang menderita.
Lagipula sejujurnya itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Pengen saya jawab "Bapak sehat" Sedangkan kenyataannya dibadannya digerogoti penyakit. Tapi untuk menjawab "Bapak sakit!" Rasanya sangat sulit untuk mengucapkan itu. So, please. Basa-basi busuk macam itu dikurangin dikit lah.

Kedua, JANGAN DRAMA. Hadeeeuuuhhh. Stress banget sama makhluk-makhluk DRAMA SINETRON LEBAY ini. Datang, ngejenguk, nangis sesegukan. Oyyy, Bapak saya belum mati. Kami nggak butuh air mata. Bisa nggak ngasih support aja? Kasih semangat. Tahu nggak, tiap kali kalian datang sambil bawa air mata, orang yang kalian tangisin itu malah makin down. "Segitu parahnya yaa saya sampai mereka nangisin saya? Saya udah sekarat?" Itulah yang kalian hasilkan dari drama kalian. Negative vibes!!!

Bagusnya tuh kalau jenguk orang sakit di doakan "syafakallah, laa ba'sa thohurun." Terus dikasih semangat. "Semoga cepat sembuh. Insya ALLAH ini semua cobaan dan akan berganti pahala." Atau berikan pujian supaya orang yang lagi sakit jadi semangat. "Waahh, masih kuat kok ini. Wajahnya masih keliatan segar." Meskipun mungkin sebenarnya mukanya pucat dan badannya sudah semakin kurus. Bring positive vibes to them, PLEASE!!! Karena orang yang lagi sakit nggak butuh airmata. Mereka butuh support dan doa. Mereka butuh kasih sayang tapi NGGAK BUTUH DIKASIHANI. Semakin dikasihani mereka akan semakin merasa bahwa mereka emang lemah, nggak ada harapan, game over!!!

Ketiga, JADILAH TEMAN YANG BAIK, KALAU NGGAK BISA DENGAR CURHATANNYA MINIMAL NGGAK USAH NAMBAH BEBAN!!!
Poin ketiga ini sih dari sisi saya sebagai keluarga, sebagai anak yang lagi sedih karena bapaknya sakit. Saya pernah curhat colongan ke teman. Tapi sayangnya dia menganggap bahwa masalah yang saya hadapi bukan masalah besar. Yup, memang masalah saya ini bukanlah akhir dunia. Saya pun juga menyadari itu. Itulah kenapa saya masih bisa tersenyum dan ketawa-ketawa walaupun otak dan hati lagi kusut. Tapi, setidaknya pleaaaase banget jangan nambah-nambah kacau pikiran saya.

Sudah tahu saya lagi nemenin bapak saya yang sakit, ehhhh malah diajak keluar. Apalagi kalau jalan sama dia suka lama. Saya aja paling kalau jalan cuman sejam-an aja, itupun disela-sela jam istirahat kantor. Terus ujung-ujungnya "si sahabat" ini mau curhat masalah rumah tangganya yang saya sudah pusing dengarnya. Nggak di telepon, chat, pas ketemu. Itu-itu mulu yang dibahas. Bukannya saya nggak mau dengar, tapi ngerti dikit laah friend! Saya juga lagi mumet. Jadi kalau mau curhat yaaa ngerti juga laahh. Boleh sih. Tapi kalau itu-itu mulu yang dibahas kan males. Padahal ujung pangkal masalahnya udah jelas. Sedangkan giliran saya yang mau cerita, diabaikan. Jadilah teman yang baik, PLEASE!
.
Keempat, JANGAN AMBIL KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN. Oohhh, ini asli ngeselin, dan parahnya pelakunya adalah keluarga bapak sendiri. Sepupunya. Dia tuh kalau dengar kabar bapak sakit nggak pernah jengukin. Sekalinya jengukin, malah mau minjam duit dan nawarin produk obat MLM-nya. Sekate-kate banget dah nih orang. Nggak tahu apa kita nih berobat kesana-kemari ngabisin duit? Bapak udah nggak ngantor dua bulanan. Tunjangan udah nggak ada. Parah banget!!! Ngejenguk tapi nyusahin plus ada maunya. Kan kamvreeet! -_- Pengen nabok. Astagfirullah.

Coba yang ditawarin emang benar obat yang sudah terbukti, OK lah. Tapi ini ditawarin cuman buat biar poin MLM-nya nambah. Parah, bapak sakit kanker yang ditawarin obat kolesterol, asam urat. Gileee lu Ndrooo!!! Kweezwwweeelll abweeezzz! Please, JANGAN PROSPECT ORANG YANG LAGI SAKIT.

Huuuffttt... kelar juga nih curhatan. Maaf yang capek baca. Menulis adalah cara saya meluapkan emosi, tempat pelarian, tempat curhat paling asyik.

PS:
Kalau kebetulan ada yang baca ini dan kebetulan anda orang yang berani mengambil keputusan colostomy, saya salut. Tapi, keputusan bapak saya untuk menolak colostomy pun patut dihargai. Terima kasih.

Ini tulisan buru-buru, kalau banyak typo dan kagak nyambung... Harap maklum 😂😁

7 comments:

  1. Itu yg ke4 sumpah kebangetan :o.. Cm bisa bantu doa, semoga mba sekeluarga ttp kuat, dan yg di Atas memberikan yang terbaik untuk bapak... Kadang menulis bisa jd terapi supaya pikiran kita ttp waras mba :)

    ReplyDelete
  2. Sepupuku yg kena kanker sempat tinggal denganku krn lebih dekat jarak rs nya. Dan memang, baik yg sakit maupun yg mengurus yg sakit, keduanya diberi cobaan sama beratnya. Tugas saya waktu itu, bikin sepupu saya ketawa-tiwi di tengah sakitnya. Tetap semangat ya. Semoga senantiasa diberi kemudahan.

    ReplyDelete
  3. Semoga Allah memberi jalan kesembuhan untuk bapaknya ya Mba'.. :)

    ReplyDelete
  4. Tetap semangat ya,,, (well,,, aku tau bicara lebih mudah ketimbang praktekkin, tapi di tengah keruwetan itu, semangat adalah salah satu hal penting yang harus kita punya)

    Aku dulu juga ngalamin liat ayah sakit dalam waktu lama. Saya ingat waktu itu masih kelas 6 SD saat tau ayah sakit. Sampai 13 tahun kemudian ia akhirnya pergi selamanya. Dan dalam rentang 13 tahun itu bolak-balik masuk rumah sakit, minum obat terus-terusan. Rasanya sungguh tersiksa melihat orang yang kita sayangi menderita. But life must go on. Keep smile and strong ya :)

    ReplyDelete
  5. Haha.. Udah pernah melalui semuany. Sabar ya mbak, cuma bisa bilang gitu deh, :)

    ReplyDelete
  6. Duh, ngilu saya membaca cerita penyakit yg diderita bapaknya mba. Rasanya pengen nangis bayangin nggak bisa pipis dan infeksi, diabetes, kanker. Ya Allah.. :' Tapi insyaallah Tuhan nggak akan kasih cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya, mba. Insyaallah ada kemudahan dibalik kesulitan. Insyaallah bapak, mba, dan keluarga adalah hamba yg kuat. Doa saya, semoga pemikiran positif dan kesabaran selalu di dalam hati mba sekeluarga. #peluk Semoga bapak mba juga diangkatkan penyakitnya oleh Dia, yg memberikan penyakit juga memberikan obatnya. Tetap ikhtiar, tetap yakin, tetap berdoa, apapun pilihan pengobatannya.

    Makasih atas reminder nya mba. Memang miris juga sekarang banyak yg kurang empati dg perasaan orang. Dan yg menurut saya paling parah yg MLM itu. Mudah2n mereka dapat pencerahan supaya nggak gitu lagi.

    ReplyDelete
  7. Terharu bacanya, semoga diberi kesabaran ya mas. Semoga Bapaknya diberi kekuatan untuk bertahan. Ini bahan pemikiran buat saya kalau lihat orang lain sakit

    ReplyDelete