Friday 23 December 2016

SAYA DAN NYINYIR

Kalian pernah dengar istilah nyinyir? Pernaaah dong ya?

Nyinyir itu kalau menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet. Cuman sekarang selain cerewet nyinyir sudah mengalami pergeseran makna, ditambah jadi sinis. Sinis sendiri dalam KBBI artinya bersifat mengejek atau memandang rendah; tidak melihat suatu kebaikan apa pun dan meragukan sifat baik yg ada pd sesuatu. Point pentingnya adalah TIDAK MELIHAT SUATU KEBAIKAN APAPUN ATAUPUN MERAGUKANNYA.

Akhir-akhir kalau saya perhatikan media sosial isinya penuh dengan orang-orang NYINYIR. Ada yang upload begini, di nyinyirin. Ada yang upload begitu, dinyinyirin. Nyinyirin hal-hal yang negatif siiih wajar, tapi kadang hal-hal yang nggak masuk akal pun di nyinyirin.



Misalnya nyinyirin ABG pakai bikini, seks bebas, pamer bekas cupang di leher, yaaa saya rasa masih wajar sih. Disini justru para nyinyiers dibutuhkan sebagai kontrol sosial menurut saya. Cuman kadang para nyinyiers ini pada hal positifpun mereka nyinyir. Namanya juga nyinyir yaa ciiinnt. TIDAK MELIHAT KEBAIKAN PADA SESUATU.

Contoh, Teuku Wisnu. Seperti yang kita tahu sekarang Teuku Wisnu sudah hijrah dan merombak total penampilannya. Panjangin janggut dan pakai celana nggantung. Kalau menurut saya ini hal positif. Seseorang berhijrah, dia meninggalkan gaya hidupnya yang lama, menjalankan perintah ALLAH. Ternyata eeehhh ternyata, adaaaa aja yang nyinyirin.

Banyak komentar-komentar yang negatif yang tersisip diantara komentar yang mendoakan. "Kak, aku lebih suka kakak yang dulu, nggak jenggotan sekarang jelek." Atau "iihh, kayak teroris." Dan yang semisalnya. Sampai mereka juga komentar di sosial media istrinya. Sekarang kayaknya sudah mereda siiiihh. Mungkin sudah ada tempat nyinyir baru yang lebih memuaskan hati. *tapi nggak tahu juga yaaa, nggak merhatiin.*

Contoh kasus lain misalnya, Aurel Hermansyah. Upload foto cantik dikomentar "paling oplast, iiihhh make up ketebelan, tua banget, pakai aplikasi apa sih edit mukanya jadi cantik gitu?" Giliran muncul muka Aurel nggak pakai make up komentar lagi "iiihhh, jelek banget, dekil, hitam banget sih, pipinya ternyata nggak tirus." Serba salah. Cantik salah, jelek lebih salah lagi. Padahal yang nyinyirin juga maap maap kate ajeee nihh Ndroo, kagak bagus-bagus amat. Memang manusia sering mengacungkan telunjuknya ke orang lain dan lupa kalau jari-jari lainnya sebenarnya nunjuk ke dia sendiri.

Di sosial media siihh saya nggak terlalu perduli. Meskipun agak gengges liat orang nyinyir tapi itu tidak menyakiti saya karena bukan saya yang dikomenin.

Masalahnya ada ketika ada makhluk nyinyir masuk dalam hidup saya. Ditempat kerja ada emak-emak nyinyir yang hobinya komentarin hidup orang seolah-olah dia sempurna. Ini mak nyinyir satu komentar-komentarnya bikin gondok. Kalau nggak sabar bisa-bisa meledak kayak bom atom.

Dia nyinyir dari hal kecil sampai hal besar. Saya ke kantor pakai liptint pink ala-ala Korea di ombre-ombre'in di komenin. "Iiihhh, Mu... Merahnya bibirmu. Kayak cabe-cabean." Sambil ketawa. Dia anggap itu bercanda. Saya juga cuma ketawa tapi dalam hati sudah pengen jambak rambutnya. Ini liptint PINK, PINK, PINK!!! Bukan merah. Situ ngaca juga keleuuus, bibir situ kayak apa. Giliran nggak pakai apa-apa di bilang "pucat deehh, tumben tidak pakai apa-apa." Saya makan fastfood dia komen "makanan begitu nggak sehat." Ok, bener mak. Itu nggak sehat. Tapi kok pas kita pesan minuman instan yang bubuk itu situ ikut-ikutan. Situ kan ala-ala hidup sehat. Hadeeeuuuuuhhhh...

Beberapa waktu yang lalu dia nyinyirin teman saya sekaligus gosip terselubung, sebut saja Kak Harum. "Eh, si Harum kok nggak ta'aruf aja di X? Padahal banyak loohh ikhwan di X yang mau nikah." Saya cuma jawab nggak tahu. Dia terus nyerocos tapi saya sibuk sama kerjaan saya sendiri, malas fokus ke gosip nyinyir dia. "Ehhh, katanya pernah ada tentara yaa yang ta'aruf sama dia." Disini saya mulai gedeg. "Tahu!!! Bukan urusanku. Saya malas urus urusan pribadi orang." Padahal sebenarnya saya tahu cerita di balik ta'atufnya karena saya dekat sama Kak Harum. Yang jelas bukan sama tentara. Tahu deh nih mak nyinyir satu dapat darimana tuh kabar burung.

Dia nyerocos lagi. Saya nggak perhatiin sampai dia pada kalimat yang gengges. "Sebaiknya dia ta'atuf aja di tempat X banyak ikhwan mau nikah. Kenapa yaa dia tidak ta'aruf di tempat X. Tapi akhwat-akhwat di X itu cantik-cantik lhooooo." Well, ini mengganggu saya. Kenapa? Jujur secara fisik Kak Harum memang bukan tipe perempuan yang cantik. Wajahnya biasa-biasa aja. Tapi Kak Harum ini Maa Sya ALLAH baiiiiiiiiik bangeeeet orangnya dan cerdas. Jadi kayak terpancar aura positif gitu kalau lihat dia, inner beauty. Pernyataan AKHWAT-AKHWAT DI TEMPAT X itu cantik-cantik menggelitik saya sampai-sampai hatiku kayak mau robek.

Saya menangkap makna terselubung seakan Kak Harum ini nggak ta'aruf di tempat X karena dia nggak cantik jadi kalah saing sama yang cantik. Dangkal banget pikirannya. Ampuun deh. Saya akhirnya hentikan sejenaknya kerjaan saya dan balik ke dia.

"Bu, masalah jodoh itu rahasia ALLAH. Bisa jadi orang sudah ta'aruf tapi ada kendala lain. Tidak cocok misalnya. Atau sudah cocok tapi orang tua tidak setuju. Atau sudah cocok, orang tua setuju ternyata ada kendala lain. Lagipula memutuskan menikah nggak segampang itu." Saya tahu betul Kak Harum dan pemikiran serta pertimbangannya soal menikah. Hanya saja tidak mungkin saya bagi ke orang lain apalagi ke mak nyinyir macam dia.

Pas saya habis ngomong gitu, dia langsung 'mendadak ustadzah'. "Iya, semua itu sudah ada yang atur bla bla blaaa..." katanya. Sadar kek dari tadi. Lagian situ siapanya kak Harum sih? Repot banget sama urusan kak Harum. Kalau memang punya niat baik, kenapa nggak memfasilitasi aja Kak Harum untuk ta'aruf. Lebih positif daripada sekedar nyiyir.

Nyinyir yang paling parah pas dia ke kajian di tempat X. "Eehh, ternyata mereka itu orang-orang mampu juga. Pas mau parkir mobil, parkirannya penuh." Ya ALLAH. Jadi selama ini yey pikir orang yang pakai jilbab besar, bercadar, berjanggut dan celana nggantung itu miskin-miskin? Mereka juga manusia juga kaliiiii. Beragam dan berbeda-ada. Ada yang kaya, miskin, pendek, tinggi, putih, hitam, dll. Lagian situ  mau ke kajian belajar agama atau mau meninjau harta orang. Hadeeuuuuhh.

Yaaa begitu lah hari-hariku bersama mak nyinyir. Harus banyak-banyak makan garam beryodium biar nggak gondok. Hahahaha. Mental harus kuat. Saranku sih jangan terlalu akrab sama orang kayak gini. Bisa-bisa ketularan nyinyir temaaaaans. Kalau mak nyinyir lagi kumat nyinyirnya, nggak usah ambil hati. Kenapa? Sesungguhnya orang nyinyir itu bukanlah orang yang bahagia karena hidupnya banyak celah dan luka (percaya deeeh). Itu lah kenapa dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dan memandang semua negatif karena seperti dirinya yang sebenarnya selalu negatif. Padahal orang nggak kayak si nyinyiers semua. Kita punya hidup berbeda yang mungkin sebenarnya dia dambakan. Hahaha.

Saya juga tidak mau munafik. Pasti ada kalanya juga saya nyinyir terhadap sesuatu. Sebagai manusia kadang kita punya perasaan ragu dan berprasangka buruk yang akhirnya membuat saya melontarkan kalimat negatif. Tapi nggak parah yaaa nyinyirnya. Apalagi sampai mengusik kehidupan orang.

Dengan melihat nyinyiran orang di sosial media dan bahkan merasakan langsung dinyinyirin sama seseorang saya belajar tentang menjaga perasaan orang lain. Bahwa orang bisa saja terluka dengan perkataan kita yang mungkin kita anggap biasa saja. Karena itu lah kita harus benar-benar menyaring setiap kata yang kita ucapkan. Bahkan ke orang yang kita anggap dekat sekalipun.

Meskipun gengges tapi teman nyinyir ini telah memberikan pelajaran bagi saya untuk hati-hati dalam bertutur. Alhamdulillah. Makasih mak nyinyir, tapi nyinyirnya di kurangin, pleaaaase. Udah makan garam beryodium tapi saya masih gondok lohhh mak dengan nyinyirannya. Hahaha... =D

2 comments:

  1. Hehehhe, anggap aja penghapus doa si mak nyinyir itu. Kan kt org bijak jg kita ga bs menutup mulut semua orang tp bs menutup kedua kuping sendiri. Jd klo pas lg mak nyinyir tutup kuping rapat2 aja. Hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. hehehe... hikmahnya sy jd berusaha menghindari atau paling tidak mengurangi nyinyir... krn ternyata nggak enak di nyinyirin =D

      Delete