Monday 10 October 2016

WANITA DALAM LINGKARAN KEKERASAN RUMAH TANGGA


Setiap wanita yang menikah pasti mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Hidup bersama suami yang baik hati dan anak-anak yang manis. Kenyataannya hidup tidak semanis teh 'asoy' buatan Maya. Diluar sana banyak wanita yang mendapatkan kekerasan fisik maupun psikis dari suaminya sendiri. Pria yang seharusnya menjaga dan memberikan rasa aman dan nyaman justru malah menjadi monster mengerikan yang menyiksa istrinya. Harusnya jangan di nikahi kalau mau di siksa. Janji pernikahan tidak sehina itu untuk di permainankan. Dan wanita tidak serendah itu untuk disakiti.
Entah kenapa banyak sekali orang di sekitar saya yang mengalami kasus Kekerasan Dalan Rumah Tangga (KDRT). 

Sahabat saya sendiri, usia pernikahan baru setahun sudah di bikin biru matanya sama bogem suaminya. Di kantor, ada seorang ibu dosen yang bercerai karena sering dipukul suaminya. Sebenarnya Ibu ini cerai bukan karena tidak tahan dipukul dan di bagi tendangan maut Tsubasa. Kalau di pukul dia masih tahan, cuma masalah katanya suaminya itu nikah lagi. Jadilah si ibu ini meradang dan akhirnya cerai. Cuma heran sih saya. Kenapa harus menunggi si suami selingkuh dulu baru minta cerai? Kok tahan yaa badannya di hantam pakai tinju dan tendangan? Padahal ibu ini mapan, cerdas dan penghasilannya lebih mapan dari suami. Istilahnya.nih, kalaupun cerai dia tidak akan kelaparan. Sedangkan si suami, kerjanya tidak jelas, kasar lagi. Tapi nyatanya si ibu bertahan lama sebelum akhirnya memutuskan cerai. 

Ada lagi satu lagi ibu yang suaminya selingkuh saat dia sedang mengandung. Bayangkan. Sudah dipergoki istrinya secara terang-terangan malah suaminya balik ngatain istrinya "dasar gila!!!" ASTAGFIRULLAH. Laki-laki macam apa itu? Dan laki-laki ini sering main kasar. Bahkan konon, si ibu ini pernah 2 kali keguguran sebelumnya karena KDRT. Kenapa? Kenapa oh kenapa ibu? Anda ini wanita berpendidikan dan mandiri. Kenapa anda membiarkan diri anda berada dalam cengkraman laki-laki kasar yang menginjak-injak harga diri anda? Inikah definisi sabar? Ataukah anda yang.... ? Ahhh... saya tidak sanggup berkata-kata.

Pernah sekali waktu kami membahas masalah KDRT. Salah satu ibu-ibu yang lain bercerita tentang tetangganya yang di siksa sampai berdarah-darah oleh pasangannya hingga membuat kompleks heboh dan Pak RT turun tangan. Kemudian si ibu yang suaminya kasar tadi berkomentar "iiihhh... kasar sekali, kalau suami saya paling hanya menampar, tidak sampai berdarah-darah seperti itu." What? Saya cuma iya kan saja kata-katanya barusan. Dalam hati saya bertanya-tanya. Ini maksudnya apa ya? Jadi di tampar itu bukan kekerasan? Bu, anda ini orang yang pendidikan loh. Seorang magister. Jadi, definisi kekerasan itu bagi anda adalah setelah berdarah-darah? Kalau cuma di tampar saja itu bukan kekerasan? Padahal dalam agama yang saya dan anda anut, memukul bagian wajah itu DILARANG KERAS. Kepala adalah bagian tertinggi dan terhormat manusia. Anda ini istrinya!!!

Keprihatinan lain yang membuat saya sedih adalah ibu ini punya anak perempuan yang masih kecil namun sudah kerap melihat ibunya ditampar dan bertengkar. Apa ini tidak menimbulkan trauma? Pernah pagi-pagi anaknya si ibu di bawa ke kantor. Salah seorang teman kantor menyapa anak ini, karena si anak kelihatan murung. "Halo nak, kenapa murung nak?" Teman kantor ini benar-benar tidak ada maksud apa-apa karena disangkanya si anak murung karena moodnya memang lagi tidak bagus. Anak-anak kan biasa begitu. Tapi anak ini memberi jawaban yang mengejutkan. "Ibuku dipukul sama ayah." Dengan ekspresi mau menangis. Namanya juga anak 4 tahun, polos. Ya dijawab apa adanya. Dia tidak mengerti rahasia keluarga. Teman kantor yang bertanya jadi salah tingkah, soalnya si ibu ada disitu. Akhirnya dia pura-pura tidak tahu jawaban si anak. Kasian kan anak ini? Masih kecil disuguhi dengan contoh yang tidak baik.

Anak ini anak perempuan, kelak dia akan menikah. Sejak kecil sudah melihat ibunya disiksa dan sering melihat pertengkaran orang tua. Sekedar info, anak ini dibawa ibunya pas mau melabrak ayahnya. Yang saya takutkan, akan tertanam pola pikir bahwa "wajar wanita mendapatkan kekerasan dari laki-laki" secara tidak sadar. Toh, ibunya juga dulu disiksa tapi dia tidak berbuat apa-apa.

Entah saya salah atau benar. Yang jelas saya sangat benci dengan laki-laki yang melakukan KDRT dan sangat gemaaaasssss dengan perempuan yang terus membiarkan dirinya dalam lingkaran kekerasan. Untuk kalian yang mengalami kekerasan dan telah berhasil keluar saya ucapkan selamat. Untuk kalian yang masih dalam lingkaran kekerasan dan tetap bertahan, saya yakin kalian punya alasan kenapa memilih bertahan. Tapi pertanyaan saya, sampai kapan?

#KDRT #STOPKDRT

No comments:

Post a Comment