Friday 14 October 2016

KEGAGALAN DEMI KEGAGALAN (PART. II CITA-CITA YANG KANDAS)


Kemarin sudah cerita di part I tentang salah satu kegagalan yang pernah saya alami. Bisa lihat disini. Sekarang mau cerita lagi, tapi kali ini tentang cita-cita dan target hidup yang tidak kesampaian.



Akhir-akhir ini akibat siaran televisi yang terus menerus menayangkan persidangan pembunuhan kopi beracun, membuat saya kembali teringat dengan cita-cita yang sudah lama saya kubur. Pengacara. Dulu saya ingin sekali kuliah hukum dan menjadi seorang advokat. Apa daya orang tua tidak merestui dan akhirnya saya memilih mengalah, mengikuti kemauan orang tua. Cita-cita sudah gagal diwujudkan. Sedih? Mmmm.... Pada awalnya saya merasa seperti 'hilang arah' ketika menjalani apa yang saya tidak sukai. Kuliah malas-malasan karena tidak sesuai passion saya. Bayangkan kalau kamu mau jalan ke tempat A, tiba-tiba disuruh ke tempat B padahal kamu tidak tahu dimana atau seperti apa tempat B itu. Bingung kan? Tidak nyaman juga pasti. Yaa... seperti itulah.

Seiring berjalannya waktu akhirnya saya bisa menerima dan memilih serius dengan kuliah. Sudah terlanjur basah. Kalau saya main-main, siapa yang rugi saya juga kan? Kemudian pada akhirnya saya jatuh cinta pada ilmu yang saya tekuni. Ilmu Keperawatan. Saya senang berinteraksi dengan orang-orang dan membantu mereka menjalani hari-harinya sebagai orang yang sedang tidak berdaya, sedang divonis sakit. Mereka yang bergantung dan kemudian tersenyum bahagia dengan apa yang saya lakukan.

Setelah lulus kuliah saya sangat ingin bekerja di pelayanan (rumah sakit dan sejenisnya). Akhirnya jadi lamaran pekerjaan di hampir semua rumah sakit saya hambur-hamburkan. Tapi tidak ada satupun panggilan wawancara. Sekalinya dipanggil, tidak diberikan kejelasan mengenai gaji. Well, ini juga jadi dilema. Di satu sisi saya ingin kerja dipelayanan agar keterampilan saya bisa bermanfaat dan tidak mati, di sisi lain saya merasa rugi karena tidak dapat apa-apa selain capek. Jujur deh. Siapa sih mau kerja tidak dibayar? Saya sekolah bayar pakai uang, giliran kerja tidak digaji. Seolah-olah sekolah dan punya ilmu tidak dihargai. Maaf tidak bermaksud menyinggung pekerjaan orang lain, kalau mau dibandingkan dengan buruh pabrik, buruh pabrik tidak ada yang kerja gratis. Sedangkan perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya dipakai ilmu dan tenaganya secara gratis dengan judul "mengabdi". Daripada saya nanti ujung-ujungnya mengeluh, lebih baik tidak usah saja. Kerja tidak ikhlas dan akhirnya uring-uringan, mood jelek kemudian pasien jadi sasaran. Dan ini adalah cara saya menghargai diri saya. Saya butuh pekerjaan, tapi bukan berarti seenaknya saja diperlakukan semena-mena (tidak digaji atau digaji jauh dibawah UMR, sekitar 400ribuan itu namanya semena-mena).

Kemudian akhirnya saya 'terdampar' di salah satu institusi pendidikan. Bekerja sebagai tenaga administrasi di program studi. Sebagai tenaga honorer/kontrak. Jadi tenaga honorer itu sama saja dengan jadi tukang disuruh-suruh ini itu. Meskipun judulnya tenaga administrasi tapi harus bisa segala hal. Mulai dari hal kecil kayak printer bermasalah, komputer bervirus, urusin kertas yang habis, fotokopi di sebelah kantor meskipun siang-siang lagi panas, sampai bikin permintaan keuangan. *Aduuuhhh, boowww... pembokat abis deh eike.. hehehe*

Keinginan lain yang sampai saat ini tidak atau belum tercapai adalah S2. Seandainya punya banyak uang, langsung lanjut dari kemarin-kemarin. Sayangnya, kebetulan dana untuk S2 belum ada. Jadilah beasiswa menjadi target saya. Inginnya sih, kalau bisa ke luar negeri sekalian. Namun, kendala skor TOEFL mencekal. Sudah tes TOEFL masih gagal maning gagal maning. Menyerah? Belum sih. Cuma agak mulai capek sedikit.

Well, saat menulis dan mengunggah tulisan ini saya sedang merasa berada dititik yang sangat rendah dalam hidup saya. Karir cuma jadi babu, mau lanjut sekolah S2 tidak mampu. Meski begitu saya tetap masih bersyukur dengan keadaan saya. Masih banyaaaaaakkkkkk yang jauuuuuh lebih sulit masalah hidupnya dari saya. Perjuangan masih panjang. Kebahagiaan jenis apa yang akan diberikan ALLAH pada saya, tidak ada yang tahh selain Dia.

Tulisan dan curhat ini untuk kamu merasa yang sedang merasa seperti saya, agar kamu tidak merasa satu-satunya yang sedang sedih, susah, terpuruk dan tidak beruntung. Kamu dan saya tidak sendiri. Masih banyak "kamu-kamu" yang lain diluar sana yang jauh lebih sulit dan mereka tetap bertahan, berjuang tanpa putus asa serta selalu bersyukur. Ayo kita sama-sama galau, eehhh, sama-sama berjuang maksudnya. Hehehe... Semangat!!!

2 comments:

  1. Ternyata jadi staf administrasi musti multitasking ya mb, alias bisa segala macam, di bawah tekanan yang lumayan tinggi
    Dilu saya juga pengen jadi bagian administrasi, tapi kadang yang dicari yang dah pengalaman

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... iya... ibarat HP, RAMnya mesti tinggi biar nggak lambat loading... intinya setiap pekerjaan ada tekanannya masing2... dan kalau jadi bawahan, harus siap2 tertekan sm boss dan harus bisa ini itu... ��

      Delete