Saturday 8 October 2016

JELEK, JERAWAT, NGGAK PD, INGIN OPERASI PLASTIK

Kalau lagi bercermin, apa yang kamu pikirkan ketika melihat dirimu disana? Bentuk muka agak lonjong, dagu tidak runcing, hidung lumayan, mata yang berlemak (hooded eye), alis kurang cetar, bibir yang agak tebal, pori-pori kayak sumur, bekas jerawat, kulit kusam dan bopeng yang mengganggu (ooohhh jerawat!!!). Begitulah penilaianku saat bercermin. Well, saya tidak jelek-jelek amat sih, tapi juga tidak cantik (menurut saya). Cuman, kadang-kadang merasa cantik juga sih. Hahaha. Labil banget ya?



Hmmm... sebenarnya malu juga mengakuinya. Jauh di dalam lubuk hatiku yang paling dalam ada perasaan minder. Come on! Perempuan mana yang tidak mau cantik? Sudah dari sananya memang perempuan ingin cantik. Intinya manusia ingin mempunyai fisik yang bagus dan sempurna.

Saya memiliki kakak-kakak sepupu yang usianya jauh di atas saya. Saat saya masih dibangku SD, mereka sudah kuliah. Saat itu ada dua kakak sepupu saya yang tinggal di rumah. Mereka saat itu mengidolakan Britney Spears. Era 90an. Hehehe. Mereka sering membahas tentang Britney yang cantik. Menurut mereka, bibir Britney bagus karena bentuknya tipis. Kemudian mereka bahas lagi artis-artis barat lainnya, saya tidak ingat siapa. Intinya dari percakapan mereka, diotak dan benak saya terbentuk pemikiran bahwa bibir cantik itu yang tipis. Kalau orang bibirnya tebal, berarti jelek. Saya yang memiliki bibir tidak setipis Britney akhirnya berpikir bahwa saya ini jelek.

Pemikiran bahwa saya ini jelek terus melekat dan kenyataannya memang saya bukanlah yang termasuk golongan cantik meskipun sebenarnya saya tidak jelek-jelek amat. Lumayan lah. Manis-manis gitu. Hahaha.

Momen yang paling menyiksa saya adalah saat saya berjerawat parah. Dari kelas XI SMA sampai awal tahun 2015 saya berjuang melawan jerawat. Ada kalanya tenang, jerawat tidak terlalu banyak. Tapi saat sedang parah-parahnya, muka saya jadi merah sekali karena penuh jerawat. Khususnya bagian pipi, dagu dan pelipis itu bagian yang paling sering jerawatan parah.

Meskipun berusaha bersikap positif, tetap humoris, tetap selalu ceria saat sama teman-teman, tapi jujur saat itu adalah saat dimana saya merasa sangat down, merasa jelek dan minder. Saya malas kemana-mana, kalau ketemu orang ada perasaan insecure "iihh, ini orang pasti liatin jerawat saya." :'( :'( :'(

Saat yang paling mengesalkan sekaligus bikin down adalah pas orang-orang berkomentar, "iiih, kok kamu jerawatan? Rajin-rajin cuci muka say, jerawat kamu banyak banget, bla bla bla." Saat ditanya begitu saya jawabnya sih sambil becanda dan ketawa-ketawa "Iyaaa... terlalu banyak memendam perasaan mungkin." Tapi dalam saya sakit, malu, sedih. Saya juga tidak mau begini. Kamu pikir saya sejorok itu apa? Sampai menyarankan rajin cuci muka. Saya malah pernah melampaui masa dimana saya cuci muka 5 x sehari. Setiap sebelum wudhu cuci muka dulu, sabun pencuci wajah di bawa kemana-mana. *Elus dada*

Memang tidak bisa di pungkiri penampilan fisik itu penting, meskipun memang bukan segalanya. Tapi yang pertama kali orang lihat pasti fisik. Orang-orang dengan fisik cantik dan tampan sering mendapat perlakuan spesial. Pada akhirnya membuat orang-orang yang biasa saja maupun yang dibawahnya biasa menjadi merasa tersisih dan minder. Lihat saja di lowongan pekerjaan selalu ada syarat "penampilan menarik". Di sekolah maupun kampus, seseorang bisa terkenal karena dua hal, dia pintar atau cantik/ganteng. Sebodoh-bodoh siswa atau mahasiswa kalau cantik/ganteng biasanya akan dapat pengampunan. Apalagi kalau mahasiswi ketemu dosen jelalatan. Waaahh, selamat deh kamu. Minimal dapat B.

Standarisasi fisik yang berlaku itulah yang membuat kaum-kaum standar sampai dibawah standar merasa minder. *hiks*. Kadang, saya pun bisa memahami kenapa orang-orang mau operasi plastik dan mengubah total dirinya. Meskipun saya tetap menentang itu karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang saya anut (yang mau bilang saya sok religius, terserah).  Adanya standarisasi menimbulkan perasaan insecure yang akhirnya mendorong diri merasa minder kemudian merasa apa yang ada di dirinya harus diganti. Jujur, saya kadang mikir "mungkin bagus kalau dagu saya agak runcing, terus bibirnya di ubah dikit, ohhh, dan seandainya bopeng-bopeng halus ini hilang." Ada momen-momen seperti itu. Momen dimana perasaan insecure itu datang dan bikin saya merasa sangat jelek saat bercermin yang membuat saya ingin operasi plastik. Hahahaha.

Untungnya, perasaan insecure itu tidak menguasai saya. Dengan lebih membuka mata dan telinga melihat apa yang ada disekitar. Saya ingin cantik karena berpikir bahwa saya bisa memiliki segalanya dengan kecantikan. Hidup saya akan lebih mudah. Ternyata tidak juga. Teman saya yang cantik dan sangat populer semasa SMA ternyata hidupnya sama saja dengan saya. Malah kalau mau dipikir hidupnya lebih berat. Cantik bisa dapat cinta? Buktinya teman kantor saya suaminya main belakang terus sama perempuan lain.

 Akhirnya saya sadar bahwa masing-masing manusia lahir dengan kelebihan dan kekurangan masing, masalah dan cerita hidup masing.  Yang membedakan saya dan para makhluk cantik adalah pujian. Mereka memang sering dan dikelilingi dengan pujian. Yaa, mungkin manusia kalau kita juga kadang ingin dipuji.

Daripada sibuk dengan pikiran negatif dan mengejar fisik  sempurna yang pada akhirnya akan hilang, lebih baik saya fokus menjadi pribadi yang baik. Belajar, bekerja keras, menjadi mandiri, bergaul dengan teman dan orang baik, memperbaiki diri dan melakukan hal-hal positif lainnya. Bahagia itu dari hati yang bersyukur. Toh, dunia ini hanya sementara. 😊😊😊

No comments:

Post a Comment