Monday 10 October 2016

KEGAGALAN DEMI KEGAGALAN (PART I. GAGAL NIKAH)

Saya mau cerita atau lebih tepatnya curhat masalah kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi dalam hidupku. Mulai dari gagal nikah (hiksss) sampai cita-cita dan target yang tidak tercapai sesuai dengan rencana.
(Subhanallah... Jangan baper yaa...)


Dulu, pas masih kuliah saya ingin sekali cepat-cepat nikah. Ingin menyempurnakan separuh agama dan mendapat pahala dengan menjadi istri soleha (eheeemmm...). Well, pas lulus sarjana keperawatan tuh kan masih harus kuliah profesi ners lagi. Tapi ada masa jeda antara saya lulus sarjana dan lanjut profesi ners. Di masa-masa itu saya galau. Tidak kerja maupun lanjut kuliah. Pada masa-masa itulah keinginan untuk menikah semakin meningkat. Yang tadinya sekedar wacana angan-angan, kemudian menjadi keinginan yang benar-benar ingin diwujudkan. "Ahhh... daripada pengangguran begini, belum lanjut kuliah juga, mending nikah. Asyik kali, bisa menyempurnakan separuh agama, menjalankan sunnah Rasul. Bosan jomblo." Gitu pikir saya. Sebenarnya salah juga sih. Karena kalau mau jujur malah jadi seperti pelarian.



Gayung bersambut. Ibu-ibu teman kajian saya tawarin ta'aruf. "Ada ikhwan (laki-laki) yang mau ta'aruf. Mau?" Saya iyakan. Pas banget nih. Kebeculaaannn. Hehehe. Akhirnya Ibu-ibu tadi kasih biodata lelaki tersebut, kemudian saya juga kasih biodata. Meliputi nama, pendidikan, umur, anak keberapa, bla bla bla. Pokoknya biodata deh. Terus ditentukanlah hari nadhor. Saling melihat. Mungkin kalian pernah nonton ayat-ayat cinta. Adegan yang pas pemeran pria (lupa namanya) mau lihat calon istrinya. Nah, kayak gitu deh. Masya ALLAH. Asli gemeteran saya. Ini pertama kalinya. Jadi kita ketemu gitu, tapi saya di temanin ibu-ibu teman kajian. Iiihhh... saya tidak sanggup angkat kepala. ASLI. Kaku kuduk. Padahal saya orangnya super talkative, tapi mendadak diam. Mungkin ini yang namanya grogi. Wuiiihh....

Saya akhirnya mengatakan iya karena menurut teman saya laki-laki ini agamanya baik. Agama itulah yang paling penting buat saya. Kemudian masalahnya adalah keluarga. Pernah dengar istilah uang panai orang bugis? Kalau orang Tolaki (suku di Sulawesi Tenggara) namanya Doi Pine'ekangaako. Uang mahar. Sebenarnya bukan mahar juga sih. Kan mahar itu pengantin wanita yang minta. Ini lebih untuk pesta pernikahan dan masalah adat. Ada unsur prestige dan gengsi di dalamnya. Semakin tinggi Doi Pine'ekangaako, semakin tinggi prestige dan gengsi seseorang. Biasanya selain uang mahar tersebut, sapi juga menjadi bagian yang dianggap "WAH" dalam adat istiadat tolaki. Kalau nikah terus banyak sapi yang dipotong, orang-orang akan "WOW, HEEEBBOOOOH."

Naahhh... Ini dia niihh yang jadi masalah. Doi Pine'ekangaako. Orang tua maunya segitu, si Pria maunya segini. Terus saya sampaikanlah kepada teman yang mengurus ta'aruf ini, bahwa orangtua tidak mau kalau segini. Si teman menyampaikan kepada si pria. Kemudian si teman telepon saya. "Saya mau kasih no. HP kamu ke dia. Dia mau bicara sama kamu." Kata teman saya. "Bolehkah Umm? Nanti jadi fitnah." *Umm dari kata Ummu, artinya ibu. Kan dia sudah ibu-ibu/nikah*
"Insya ALLAH tidak, kan niatnya cuma mau membicarakan masalah pernikahan ini. Bukan yang lain." Kemudian saya kasih nomor handphone.

Setelah itu ada panggilan dari nomor tidak dikenal. Kemudian saya angkat, salam, dia jawab salam, mengkonfirmasi apakah dia tidak salah sambung, saya lupa pastinya karena itu sudah lama. Tapi ada kalimat-kalimat yang paling saya ingat. "Saya punya segini, kalau maunya segitu saya bisa saja. Tapi saya ini lagi bangun rumah kost." FYI, dia ini ceritanya selain kerja kantoran punya usaha kost juga. Terus dia bilang suruh kasih tahu ke orang tua saya. Saat itu saya iya kan saja. Tapi sebenarnya saya sangat kaget dan mood saya langsung mendung. Saya paling tidak suka orang bicara nada tinggi (siapa yang suka? Apalagi saya orangnya Baperan), terus kalimat-kalimatnya terdengar sombong (menurut saya, ini subyektif).

Seketika itu saya langsung merasa tidak sreg. "Ya ALLAH, inikah jawabannya?" Saya selalu berdoa, jika dia jodoh saya maka dekatkan dan lancarkan urusan ini. Jika tidak, maka tunjukkan.

*Saya tidak berkata bahwa pria ini buruk dan disini saya tidak ada maksud menjelekkan. Disini saya cuma mau membagi pengalaman.*

Mungkin karakternya kurang cocok dengan saya. Tanpa pikir panjang saya langsung hubungi teman saya dan menceritakan semuanya kemudian membatalkannya. Saya suruh untuk menyampaikan ke yang bersangkutan, dengan alasan yang halus bahwa orang tua tidak setuju.

Dan kejadian mengejutkan kemudian terjadi. Beberapa hari kemudian ada yang sms "Khayfa khaluk?" (apa kabar?) dan itu nomor handphone dia. Saya tidak balas. Ihhh... kita kan bukan mahrom, tidak baik lah kalau sms-an sekedar tanya kabar. Malah tiba-tiba ada pulsa masuk. Dikiranya saya tidak punya pulsa mungkin.
(-..-)

Lalu, beberapa hari setelahnya dia sms da'wah ke saya, kadang isinya hadits, pokoknya 'ala-ala ustadz', beberapa kali dan saya abaikan, tidak balas sms atau apapun itu. "Yaa ALLAH, modusnya kelihatan. Astagfirullah." Sekitar beberapa waktu kemudian saya diberitahu oleh teman saya bahwa dia sudah ta'aruf dan akan menikah. Alhamdulillah. Tapi lucunya, tiba-tiba dia sms "MAAF SALAH KIRIM." What? Selama ini anda salah kirim? Saya jadi penasaran, nama saya ditulis apa dikontak HPnya? Nama saya kan jelas-jelas perempuan sekali. Jangan-jangan di kontaknya nama saya ditulis Jamaal, Dul, Kadir atau apa gituh? hehehe... Lucu.

Tapi yang menyesakkan dada tuh bukan karena dia. Melainkan karena saya menolak "seseorang" karena dia. (T___T) Sudah diperjuangkan, ternyata malah "ikhwan modus".

Jadi, pas lagi proses ta'aruf ada "seseorang" yang tidak sengaja ketemu di warung sate. Saya di ajak keluar sama dua orang sahabat  SMA untuk makan sate. Salah satu sahabat saya ini mengajak temannya. Jadi berempatlah kita cewe-cewe ke warung sate. Lagi nunggu pesanan "seseorang" itu lewat. Ternyata "seseorang" itu temannya teman sahabat saya. Pernah satu kantor atau apalah itu. Seseorang itu menyapa temannya. Saya fokus menunggu pesanan sambil cerita ke sahabat. Seseorang pergi, pesanan datang, makan sate, kita ngobrol-ngobrol lalu pulang deh.

Ehhh... beberapa hari kemudian teman saya sms. "Mu'... ada yang mau kenalan. Dia minta no. HP kamu. Saya sudah kasih." Apaaa? Woyyy kenapa kasih nomor HP tidak bilang-bilang. "Uhhh.... Pokoknya kenal dulu. Kamu itu kaku sekali sama laki-laki. Makanya kamu jomblo." (T___T) Malah di bully. Saya kan mau jomblo sampai halal.

"Ok... tapi siapa?" Akhirnya dia jelaskan. "Hah, nda salah orang. Sama kamu mungkin yang dia mau." Kata saya ke sahabat. Asumsi saya seperti itu, karena sahabat saya ini cantik orangnya.
"Cuma kamu yang pakai jilbab itu malam, pewowi." *pewowi bahasa daerah artinya bodoh*. Penegasan teman saya akhirnya meyakinkan. OK fix. Itu saya.

Tidak lama setelah itu, muncul deh sms "seseorang". Sopan sekali dan tanpa basa-basi modus. Straight to the point. Entah kenapa, sebenarnya hati saya kayak ada "sesuatu". Cuman karena saat itu lagi ta'aruf sama "ikhwan modus" akhirnya saya tolak secara baik. (T____T)
Menyesal. Hmmmm... Kalau mengingat ke alasan menolaknya hanya karena ikhwan modus, yaa... Jujur ada sedikit. Tapi kembali lagi. BUKAN JODOH. Mau dipaksakan bagaimana juga tidak akan bisa. Kita tidak pernah tahu sama takdir yang sudah di tetapkan. Saya yakin kisah hidup saya telah di setting sedemikian rupa oleh ALLAH. Jadi tidak perlu ada yang disesali. Malah ini jadi pelajaran untuk hati-hati dan selalu berdoa agar tidak salah jalan.

Sekali lagi ini bukan maksud menjelekkan. Penamaan ikhwan modus juga bukan berarti bahwa dia jelek atau gimana, cuma sekedar julukan saja. Namanya manusia ada kekurangan dan kelebihan, pun juga saya. Mungkin saat itu dia khilaf. Lagipula dia telah menjaga dirinya dengan menikah. Dan itu sungguh mulia.

Karena curhatnya terlalu panjang, mau bikin part II insya ALLAH...

2 comments:

  1. suka baca ceritanya mbak :).. malah jd pgn nungguin part 2 ;).. aku blm pernah ngalamin taaruf.. tau sih dlm islam memang begitu harusnya.. tapi ya sudahlah.. ga mungkin diulang juga, secara aku udh nikah gini :).. moga2 anakku nanti yg bisa seperti ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir... Masya ALLAH udah nikah... iya mbak fanny, waktu kan nggak bisa diputar,yg penting dijalani pernikahannya saat ini dgn baik dan semoga anaknya jadi anak sholeh/sholehah... AAMIIN...

      Delete